Cerpen Religius | Dewi Pedzikir

DEWI PEDZIKIR 

By : Togar_AO 5)

Contoh Cerpen | Cerpen Cinta | Persahabatan | Religius | Dewi Pedzikir
Aku kenal dia belum lama, bahkan namanyapun aku masih belum tahu, kulitnya yang putih dan sorot 

Seperti kali ini, ketika baru saja selesai mandi sepulang dari kantor, aku di sibukkan dengan tumpukan buku di teras depan sambil menikmati kopi hangat yang disuguhkan oleh pembantuku –karena memang aku belum memiliki isteri-. 

Tak lama berselang persis seperti dugaanku, gadis itu muncul dengan mukena putihnya, wajahnya yang cantik semakin bersinar tersapu mentari senja, langkah kakinya begitu tenang, tatapan matanya yang bersih menyapu jalan dengan kepala sedikit merunduk, tak ada bimbang dan keraguan terpancar dari sorot mata itu, kuikuti langkah kakinya dengan ujung mataku hingga dia menghilang di balik pintu surau.

Malam harinya selepas Isya’, seperti biasa terdengar suaranya yang  merdu sedang melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dari arah surau, suara itu seringkali merasuki setiap jengkal nafas di jiwa. Suaranya yang fasih terdengar di gendang telingaku bagaikan doa tanpa cela, kerinduan akan sesuatu jelas terpancar dari kalimat-kalimat yang dia bacakan, sebuah kerinduan seorang hamba kepada Tuhannya, sebuah kerinduan yang terdengar ikhlas terpancar dari ayat demi ayat yang di bacanya, sebuah kerinduan yang sungguh sangat luar biasa bagi gadis seusianya, sebuah kerinduan yang tidak pernah aku temukan di mata gadis-gadis lain, hingga lambat-laun suaranya mampu menembus pertahanan iman di hati, bagaikan denting bel pedati yang membawa nafas kehidupan di tengah malam sunyi.
****

Hingga kinipun aku masih belum bisa mengenal namanya, namun wajahnya yang ayu terus membias di pelupuk mata, dan sinar putih mukenanya sering membuatku betah berlama-lama di teras rumah menunggunya lewat ketika senja mulai menyeret kehadiran malam. Hingga akhirnya pada suatu Maghrib yang damai, kilau mukenanya berhasil menyeretku untuk mengambil air wudlu dan melangkahkan kaki menuju pintu surau, suatu hal yang selama ini jarang sekali aku lakukan, lantas turut dalam lautan dzikir yang di kumandangkan segelintir orang di surau itu.

Sesaat kemudian aroma kedamaian sadarkan aku dari lamunan panjang, kulihat di dalam surau itu hanya ada tiga orang tengah khusuk menguntai putaran tasbih sambil mulutnya komat-kamit entah membaca apa, sesaat diriku terpaku dalam kebingungan, melalui ujung mataku kulihat sang dirinya duduk menyendiri di pojok kanan surau masih asyik dengan bacaannya, wajahnya tenggelam dalam lautan dzikir, mengikuti gerakan irama tasbih yang melantunkan pujian kepada Tuhan. Jendela surau masih belum terpasangi tirai membiarkan mata elok sang rembulan ikut mengintip dan memandang wajahnya yang memang pantas untuk di kagumi. 

Dalam kesendirian kulihat dia mengelus punggung malam, mengobati kerinduan bagi hati seorang hamba yang memang merindukan Tuhannya, bukan seperti aku yang memasuki lautan dzikir hanya karna ingin memandang wajahnya yang berkilau, dan takut akan kehilangan paras ayunya ketika lautan dzikir mulai terhenti di lidah kelu kejemuan yang mencengkram.

Tak terasa malam beranjak larut, satu-persatu mereka yang ada di dalam surau itu mulai mengeringkan lautan puji mereka dengan kata amin.Kulihat mereka mulai keluar menuju pintu keduniawian tempat mereka biasa bercengkrama dengan istri dan anak-anak mereka, tapi dirinya masih tetap larut dalam kesendirian.Lingkaran tasbih masih berputar seperti tadi seakan-akan dirinya hanya hidup dalam rindu pada Tuhannya, sebuah kerinduan yang terasa hangat bila terdengar telinga, dan terasa sejuk saat merasuki nurani.

Lama kutunggu namun dia tetap tenggelam dalam lautan dzikir, ku pandangi dari tempat dudukku kelopak
Aku terlempar jauh menuju laut duniawi lagi, rasa putus asa membuatku muak pada perasaan dalam hatiku sendiri, baru kali ini aku merasa lemah, hingga perlahan dan tanpa suara ku bangkit dan mulai kugapai pintu surau, rasa rinduku pada dunia menyuruh agar aku segera melupakan tatapan nan sejuk miliknya. 

Namun tanpa kuduga tiba-tiba tangannya yang halus dengan lembut menahanku dari belakang, wangi mukena yang dia kenakan mungkin mampu menembus raga pembatas nurani hingga merasuki setiap unsur di sanubari.Kepalaku menoleh dengan detik yang sengaja kubuat lambat, bibirnya tersenyum, tapi tatapannya masih tetap dingin, dalam hitungan menit berikutnya dia berkata. “Rindulah dengan rindu yang sebenar-benarnya, jangan merindui keberadaanku, dan jangan takut akan ketiadaanku.

Keberadaanku hanyalah sebab, dan ketiadaanku hanya akibat. Jika kau rindu yang sebenar-benarnya rindu kepada Tuhanmu, maka keberadaanku akan selalu menyertaimu dalam batas waktu yang tak menentu. Namun jika kepalsuan memeluk rindumu, maka selamanya kau tak akan mampu hidup dalam ragaku”.

“Keberadanku ibarat surga, dan ketiadaanku ibarat neraka”.
“Janganlah kau rindu kepadaku, tapi rindulah yang sebenar-benarnya kepada Tuhanmu, maka Tuhanmu pasti

Begitu indah kata-kata yang di ucapkannya, kucerna setiap unsur kalimat itu dalam hati, lama ku terjebak dalam kebingungan yang indah, hingga tanpa kusadari dia telah menghilang bersama datangnya fajar di surau itu. Rupanya tak sengaja aku tertidur di surau itu semalaman, ketika membuka mata sekelilingku telah sepi, hanya suara detik-detik waktu yang menghiasi malam menjelang fajar, menandakan bahwa sang waktu masih belum meninggalkan putaran rodanya di malam ini. 

Kini sebuah dunia baru menghiasi pandangan mataku, hatiku menjadi lebih lapang, kata-kata sang dewi masih terus terdengar di telinga, kupahami dan kuresapi setiap kata demi kata yang semalam meluncur dari balik bibirnya, Aku tak lagi mencari sang dewi pedzikir tadi, aku tak lagi merinduinya, akhirnya aku menemukan kembali kejernihan dalam lautan hidup dan ibadahku, kata-katanya kini selalu mengundangku untuk merindukan Tuhan  dengan rindu yang sebenar-benarnya.
akan memberikanmu suatu wujud yang bernama aku.
****
/2016/05/contoh-cerpen-cinta-persahabatan-dewi-pedzikir.html


Dua puluh satu tahun kini telah terlewat, surau di samping rumahku masih tetap seperti dulu. Kini anakku yang pertama telah berusia sembilan belas tahun, dia kini belajar di salah satu pondok pesantren terkenal di luar kota, sedangkan anakku yang kedua masih duduk di bangku MTs kelas satu, kini rutinitasku setiap malam bertambah dengan menjadi imam di surau samping rumah setiap Maghrib, Isya’ dan Shubuh, kedamaian kini telah kumiliki karena sang dewi pedzikir telah memasuki kehidupanku, matanya tetap sejuk seperti dahulu dan raut wajahnya masih selalu menyiratkan kedamaian bagi siapa saja yang memandang. 

Dua puluh tahun yang lalu melalui perantara seorang ustad di desaku akhirnya sang dewi bersedia menerima lamaranku, hingga pada suatu hari yang cerah, dirinya yang selama ini menjadi mutiara di surau kami telah sah menjadi isteriku, seorang pendamping hidup yang akan selamanya menjadi ibu bagi anak-anakku, dan seorang ibu yang akan menjadi guru sekaligus teman bagi anak-anak kami, seorang ibu yang akan mengayomi dan mendidik mereka dengan kasih sayang yang melimpah, agar kelak mereka semua bisa menjadi dewi pedzikir seperti dirinya.

****
Tak ada badai di keluarga kami, yang ada hanya kedamaian dan canda tawa sepanjang hari, anak-anak tumbuh dalam dekapan kasih sayang kami berdua, apabila malam telah tiba, ketika si bungsu telah masuk ke kamarnya, sang Dewi yang telah jadi isteriku selalu memberiku sebuah pelukan hangat sembari kepalanya di sandarkan di dadaku.

Seperti malam ini, ketika semua makhluk sedang terlelap dalam mimpi-mimpi indah, dia menatap mataku dalam-dalam, terlihat dengan jelas ada api kerinduan di matanya yang perlahan-lahan mulai meredup, sesaat kemudian dia pun menarik nafas panjang, di hitungan menit berikutnya dia berkata.
“Kini seluruh hidup ku telah menjadi tumpuan kasih sayangmu dan anak-anak kita, jika suatu saat nanti Tuhan menginginkan kita untuk berpisah, maka kutitipkan sebagian dari rindu ini untukmu, agar engkau bisa membesarkan anak-anak kita hingga dewasa”.

Dia termenung menatap langit-langit kamar, tatapan matanya kosong, selang beberapa lama dia terdiam dia meneruskan kembali ucapannya.
“Jangan habiskan rindumu hanya untukku, tapi perbanyaklah rindu kepada Tuhan dan sisakan sedikit untukku dan untuk anak-anak kita, maka Tuhan pasti akan memberikan suatu wujud yang bernama aku.Maka cintailah aku karena kau menginginkan ridlo-Nya”.

Hingga kini kata-kata itu terus mengiang di telingaku, walaupun dia telah meninggal dua tahun yang lalu karena kanker rahim yang dideritanya, namun sampai detik ini aku masih terus mengingat kata-katanya, agar aku terus mencintai dewi pedzikirku hingga kelak Tuhan mempertemukan kami kembali di surga-Nya.Aamiiin

Matanya yang terpejam. Lama ku bergulat dengan pikiranku sendiri, ku mencoba menyentuh sukmanya untuk ku ajak bercanda, tanganku mulai berani menggapai sajadah tempat dia bersinggasana, ingin kupeluk dia dengan perasaan taubat yang dibuat-buat, aku ingin hidup di dalam dirinya dengan segala kemunafikan yang mungkin dia tidak akan pernah tahu sebelumnya. Tapi dia tetap terpejam, tak sekalipun matanya melirik kepadaku. Matanya yang dingin dan nafasnya yang sejuk  tetap larut pada rasa rindu seperti tadi. 

Lama aku menunggu agar dia membuka mata, walaupun hanya sesaat dia melirikkan matanya aku sudah bersyukur asalkan mataku ini juga bisa memandang bayangan surga yang tergambar jelas. Sungguh aku ingin sekali hal itu terjadi oh Tuhan….aku ingin sekali berenang dalam telaga matanya yang kemilau, ingin aku dekat dengannya agar segala hasrat di hati ini bisa terpenuhi. Namun sekian lama aku menunggu, dirinya tak jua membuka mata, duduknya masih tetap seperti tadi, putus asa kini mulai menghantam jiwaku, kesabaranku mulai habis, tak apalah aku tak bisa memandang wajahnya untuk malam ini, mungkin esok dia akan sudi membuka matanya untuk sekedar menatapku agar rasa dahagaku ini sedikit terobati, begitu batinku berkata.

Matanya yang bening seakan menyimpan sejuta makna, dia selalu lewat di depan rumahku saat adzan Maghrib berkumandang di surau yang pas berada di pojok samping kanan rumah. Menurut cerita kakekku dulu sebelum dia wafat, surau tersebut sudah ada sebelum aku lahir, entah sudah berapa kali di renovasi tapi tetap saja masyarakat yang berjamaah sedikit sekali, “mungkin Tuhan masih belum membukakan pikiran dan hati mereka” begitu kata-kata kakekku yang masih terus mengiang di telingaku walaupun dia telah sepuluh tahun yang lalu meninggal dunia. Lama tak kuperhatikan perkembangan di surau itu, kesibukanku mengejar karir di perusahaan tempatku bekerja tak menyisakan sedikitpun kesempatan untuk sekedar shalat berjamaah di surau itu. Hingga akhirnya pada hari ini perhatianku tertuju pada sosok gadis yang setiap senja selalu melewati halaman rumahku itu. 
*****

Naskah Teater | Kemiskinan | By Nanda Ulil Afida (Brot)

TEMA    : KEMISKINAN
JUDUL   : AHMAD BAGUS
KARYA : NANDA ULIL AFIDA
     
Ahmad dan Bagus adalah kakak beradik yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda,Bagus berhasil mengenyam pendidikan sampai ke perguruan tinggi,sedangkan Ahmad hanya mengenyam pendidikan sampai SMP,meski begitu pendidikan agama lebih banyak didapat oleh Ahmad karena sekolah yang ditempuhnya berbasis agama, saat itu juga Ayahnya meninggal dan ibunya sakit-sakitan sehingga Ahmad tidak bisa melanjutkan pendidikannya, sifat Bagus yang keras dan tidak mahu tahu membuatnya berambisius dalam kedudukannya sebagai seorang manajer perusahaan,berbeda dengan Bagus Ahmad yang bekerja sebagai seorang OB yang rendah diri dan penuh pengabdian dapat mengantarkannya sebagai staf  karyawan di sebuah lembaga pendidikan.



Babak : 1
(pagi hari di sebuah ruang keluarga tampak seorang anak laki-laki dan ibunya  sedang membicarakan soal pekerjaan )
         
Ibu : Gus,bagaimana  dengan pekerjaan kamu?apakah semuanya baik2 saja?
              kok belakangan ini ibu lihat kamu semakin sibuk terus dan jarang pulang
              ke rumah (menjahit baju)

Bagus :  ya seperti yang ibu lihat sekarang ini buk ada banyak pekerjaan  yang
                Harus saya seleseikan jadi ya wajarlah  buk kalau saya selalu sibuk dan
                Jarang pulang ke rumah   (sibuk dengan laptop)    

Ibu     :  tapi biar bagaimanapun juga,istirahat itu perlu lho gus,karena kesehatan
              Itu lebih penting

Bagus : ya saya tahu itu buk,tapi mau bagaimana lagi?? Namanya juga tuntutan
              Pekerjaan, gak mungkin kan buk  saya harus santai2??

Ibu     : iya ibu juga paham dengan profesi kamu itu,tapi apakah tidak ada sedikit
              Waktu, sekadar mengistirahatkan badan dan fikiranmu??  Nanti kalau
              Sakit kamu juga kan yang repot!

Bagus : ya itu sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai seorang manajer buk,
                 Seharusnya ibu itu senang melihat anaknya bisa menjadi seorang manajer
              Yang bisa  dapat uang banyak,tanpa harus membuang banyak tenaga,gak
                Seperti Ahmad anak kesayangan ibu itu yang kerjanya hanya sebagai OB
                Paling2 penghasilannya juga cukup buat makan aja,masih mendingan
                Bagus kan buk??

Ibu       : tapi meski begitu ahmad masih punya waktu untuk istirahat dan
                Meluangkan waktunya untuk ibu,dan satu lagi kamu itu mbok ya
                Jangan pernah merendahkan pekerjaan ahmad biar begitu, yang penting
                Halal dan berkah
Bagus   : oowh ya sudah kalau begitu,ibuk minta uang belanja aja ke Ahmad
Ibu       : Astagfirullahal adzim gus!,kamu kok bilang begitu…?? Ibu ini sayang
                Dengan kalian berdua,dan ibu tulus menyayangi kalian,ibu gak pernah
                Minta imbalan apa-apa,rasa hormat kalian sama ibu itu udh cukup.
Bagus   : ya buktinya   ibu selaluuu…..aja memujinya,membanggakannya padahal
                Gak ada yang patut dibanggakan darinya,seharusnya ibu itu bangga sama
                Aku  bisa sekolah tinggi dan sekarang jadi seorang manager,bukan sama
                Ahmad yang kerjanya hanya seorang OB.( berlagak sombong)
Ibu       : sudah gus cukup,jangan kamu merendahkan pekerjaan Ahmad,ibu gak
                Suka kamu ngomong seperti itu,meski dia tidak seberuntung kamu,tapi dia
              Tidak pernah mengeluh,seandainya waktu itu Ayah kamu masih hidup
              Mungkin dia bisa seperti kamu.(sedih,menangis)
Bagus   : Alaah sudah lah buk percuma saja ibu menangis gak akan bisa merubah
                Keadaan Ahmad,lagian pekerjaan yang di dapatnya itu wajar lah buk
                Kalau jadi seorang OB,namanya juga lulusan SMP.
Ibu       : kamu itu sudah keterlaluan gus!,kamu gak pantas ngomong seperti itu
                Sama ibu seharusnya kamu itu malu sama Ahmad,meski dia hanya
                Lulusan SMP, tapi dia gak pernah kasar sama ibu,dia lebih tahu sopan
                Santun.
Bagus   : ohh…..yaa?? teruus……teruus…..terus saja ibu belain anak   kesayangan
                Ibu itu!
Ibu       : ibu bukannya belain Ahmad gus tapi memang kenyataannya sekarang
              Seperti itu,seharusnya kamu banyak belajar sopan santun sama dia,
              Biar bagaimanapu juga dia adik kamu gus!
Bagus   : haah apa ibu bilang??? Aku harus belajar banyak  dari Ahmad??
                Ya gak level lah buk,secara tingkat pendidikannya aja beda jauh dengan
                Aku,manager kok suruh belajar sama OB,apa jadinya nanti,bisa2 turun
                Jabatan,sudahlah buk telingaku panas dengerin omongan ibu,yang isinya
                Hanya Ahmad,Ahmad,dan Ahmad terus(meninggalkan ruangan ,
                Berangkat kerja)
Ibu     : bagus….bagus...(menggelengkan kepala,dan mengelus dada)

BABAK 2
Siang hari suasana rumah yang sepi dan hanya Nampak seorang ibu yang sedang membersihkan rumah,beberapa saat kemudian Ahmad pulang  dari kerja,dengan membawa kabar gembira tentang pekerjaanya yang dialih tugaskan menjadi staf karyawan

Ahmad   : Assalamu’alaikum buk Ahmad pulang(masuk rumah dan bersalaman dg
                Ibunya,dg ekspresi gembira)
Ibu         : wa’alaikum salam sudah pulang kamu mad?? Kamu kenapa to mad kok
                Pulang kerja langsung seneng gitu??sudah gajian ya???(tersenyum)
Ahmad : gak buk hari ini Aku belum terima gajian kok buk(senyum)
Ibu       : emmm kalau kamu belum gajian terus kenapa kamu girang gitu??”ibu
              Jadi penasaran”(mengerutkan kening)
Ahmad : yang penting hari ini ibu pasti seneng dengan kabar ini,tapi nanti ja
              Ahmad ngasih tahunya,sekarang aku mau istirahat sebentar buk
Ibu     : ya sudah kamu istirahat  aja sana,biar capeknya hilang,ibu ambilkan
              Makanan dan minumnya,tapi habis ini kamu harus kasih tahu ibu ya??
Ahmad : iya pasti dong buk…!
Ibu     : mad ini makanan dan minumnya,ayo dimakan dulu,sekarang kamu harus
              Kasih tahu ibu,ada kabar gembira apa??
Ahmad : buk mulai besok Ahmad sudah tidak kerja sebagai OB lagi,tapi mulai
                Besok Ahmad sudah menjadi staf  karyawan
Ibu       : Alhamdulillah…. Akhirnya kamu bisa naik jabatan mad! Ibu senang
              Sekali  Mendengarnya,dan masmu gak akan lagi merendahkanmu
Ahmad : iya buk Alhamdulillah,ini semua berkat do’a ibu juga,ya sudah sekarang
              Aku mau mandi dulu buk
Ibu       : ya sudah mandi sana,ibu juga mau melanjutkan bersih2

BABAK 3
(di sebuah ruanganAhmad keluar dan melihat ibunya yang terlihat pucat,sedang mengepel)

Ahmad : buk ibu sakit ya? Kok ibu kelihatan pucat??(mendekati ibu)
Ibu       : enggak mad ibu gak apa2 kok,mungkin ibu hanya kecapek an (bernada
              Lemas)  
Ahmad : memastikan keadaan ibu) buk badan ibu panas sekali….sekarang kita
                Ke rumah sakit ya buk
Ibu       : gak usah mad ibu gak apa2
Ahmad : enggak buk ibu harus kerumah sakit sekarang, aku gak mau terjadi apa2
              Sama ibu.
Ibu       : mad ibu gak mau ke rumah sakit,mendingan ibu di rumah istirahat,
Pokoknya ibu gak mau ke rumah sakit mad,ibu hanya mau anak2 ibu yang
              Merawat dan menjaga ibu
Ahmad : ya sudah kalau ibu tidak mau ke rumah sakit,biar saya panggilkan dokter
                Saja untuk memeriksa ibu,sekarang ibu istirahat di kamar  ya
                (membopong ibu ke kamar)

BABAK 4
(di kamar ibu,Ahmad menelphone Bagus,yang ada di kantor memberitahu keadaan ibunya yang sedang sakit,namun Bagus tidak memperdulikannya)

Ahmad : hallo Assalamu’alaikum mas,maaf mas kalau mengganggu,aku Cuma
                Mau memberitahu kalau sekarang ibu sedang sakit,kalau gak keberatan
                Mas bagus bisa kan pulang dulu??
Bagus     : enak aja kamu nyuruh2 aku pulang asal kamu tahu aja ya kerjaan aku itu
                Numpuk dan gak bisa ditinggal,kamu kan anak kesayangan ibu,kamu
                Aja yang ngerawat ibu
Ahmad : Astagfirullahaladzim istighfar mas ,ibu yang sekarang sakit itu ibu kita
                Berdua,jadi kita juga harus merawat ibu sama-sama  ( kesal)
Bagus : terserah yang penting aku gak bisa pulang
Ahmad: ya Allah mas ibu itu sakit,apakah pekerjaan itu lebih penting dari seorang
                ibuYang sudah melahirkan dan membesarkan kita? Keterlaluan kamu
                mas
Bagus : haaah sudah-sudah gak penting telephone dari kamu (mematikan hp)

BABAK 5
(Mendengar Bagus tidak bisa pulang dan melihat keadaan ibunya yang semakin memburuk,Ahmad bertekad untuk menemui bagus yang
Sedang di kantor)
Ahmad : Assalamu’alaikum  (mengetuk pintu)
Bagus   : wa’alaikum salam ya siapa? Silahkan masuk
Ahmad :  (masuk menghadap Bagus) langsung saja mas saya terpaksa ke sini
              Karena kondisi ibu semakin memburuk dan dari kemarin2 ibu selalu
              Menyebut-nyebut mas Bagus.
Bagus   : ( sibuk dengan laptopnya, tidak menghiraukan Ahmad)
Ahmad : mas!!bisa2nya mas bagus bersikap santai seperti itu padahal jelas2 ibu
Kita sedang sakit dan kondisinya parah,mungkin bisa dibilang kondisi ibu
              Kita sudah mendekati azalnya apakah mas bagus tetap tidak
              Memperdulikannya??
Bagus   : kamu kan anak kesayangan ibu,jadi aku rasa aku  gak perlu lagi repot2
pulang hanya untuk melihat kondisi ibu, pekerjaan aku gak bisa diganggu,
              mendingan sekarang kamu pulang aja ngurusin ibu
Ahmad : Astagfirullahaladzim mas… begitu kerasnya hatimu,ibu sedang sakit tapi
Kamu tetap tidak mau memperdulikannya, benar2 keterlaluan kamu mas!
                (kesal,bergegas keluar ruangan)

BABAK 6
(bagaikan disambar petir di siang bolong,Ahmad terkejut saat mendapati ibunya yang tebaring di kamar sudah tidak bernyawa lagi)
Ahmad : innalillahi wainna ilaihi raji’un…(menangis meratapi ibunya)

           
PERWATAKAN
1.Ahmad : rendah diri,peduli dan penurut
2.Bagus : temperamen,pekerja keras dan tidak mau tahu
3.Ibu       : perhatian, keras kepala dan mudah tersinggung
Latar dan Setting

Babak 1           :  pagi hari, ruang keluarga
Babak 2 dan 3   :  Siang hari, di rumah
Babak 4             : siang hari di kamar
Babak 5             : Siang hari di kantor
Babak 6             : siang hari di kamar.    
                                             
Salbud...!!!

Gadis Mata-Mata | Cerpen

GADIS MATA-MATA

Oleh: Togar_AO 5)

Malam masih berliku menyisakan keletihan di hati kami, luka di lengan kiriku masih mengeluarkan darah, separuh dari celanaku terpaksa kurelakan untuk dijadikan perban, hampir saja akibat pertempuran semalam nyawa kami semua terenggut, sebab tanpa di duga para kompeni meminta bantuan pesawat-pesawat tempur mereka dari Surabaya, pasukanku lari kocar-kacir, dua diantaranya bahkan ada yang gugur, tak sempat kami menyelamatkan mereka sebab desingan peluru yang di muntahkan perut-perut pesawat Belanda terlalu deras menghujani hutan tempat kami melarikan diri. 

Bunyi  pesawat itu seperti suara halilintar yang setiap saat bisa membunuh dengan tembakan-tembakannya, hingga pada Shubuh yang jauh kami berhasil melewati perbatasan Besuki-Bondowoso, dan pesawat pemburu itu telah menghilang, “mungkin amunisi

Aku menjadi kapten semenjak pak Dirman memerintahkan perang gerilya, dulu pasukanku berjumlah enam puluh orang, namun yang tersisa kini tinggal dua puluh, empat puluh di antaranya gugur dalam pertempuran. Aku tak bisa berbuat banyak sebab senjata pasukan Belanda lebih canggih dibandingkan senjata pasukanku yang hanya mengandalkan senapan-senapan karatan rampasan dari tentara jepang, itupun

Contoh Cerpen | Pendidikan | Cerpen Perjuangan | gadis mata-mata

jumlah amunisinya sangat sedikit sekali, tetapi semangat patriotisme di dalam hati tak pernah luntur, kemerdekaan bagi bangsa Indonesia adalah suatu keharusan bagi kami, sekali merdeka tetap merdeka meskipun semua itu harus di tukar dengan nyawa satu-satunya. Semangat seperti itulah yang setiap hari selalu aku saksikan di setiap mata pasukanku, terlebih lagi bila aku memandang mata Ratna, satu-satunya pejuang wanita di dalam barisan anak buahku, ia ikut bergabung bersama kami semenjak ibu, bapak, dan suaminya tewas tertembus peluru saat tentara Belanda membumi hanguskan desanya, dia sendiri selamat setelah sehari semalam bersembunyi di kolong tempat tidur yang biasa dia jadikan tempat menaruh beras sehabis panen. 

Usianya kini kira-kira dua puluh satu tahun, usia yang masih terlalu muda untuk menjadi pejuang dan merasakan ganasnya kehidupan gerilya di tengah-tengah hutan belantara. Bendera merah putih kecil selalu menempel di seragamnya yang lusuh, dirinya yang selama ini mengurus persediaan makan seluruh pasukanku dan menjadi perawat jika ada salah satu dari kami terluka terkena tembakan mortir Belanda. 

Namun yang sangat aku kagumi dari dia adalah keberanian dan keahliannya menjadi mata-mata, entah sudah berapa kali Ratna berhasil masuk ke dalam markas dan pos-pos Belanda, dia sering menyamar sebagai penjual nasi atau kue, wajahnya yang kekanak-kanakan dan tubuhnya yang bisa di bilang kecil untuk ukuran gadis pribumi membuat para kompeni tidak menaruh curiga dia sebenarnya adalah seorang pejuang. 

Sering dia mendapatkan kabar tentang rencana-rencana tentara Belanda yang akan melakukan konvoi atau menggempur pejuang kita, dan dengan lihainya pula dia menguping pembicaraan kompeni-kompeni yang sedang membeli nasi atau kue jajaannya. Berkat informasi itulah beberapa kali aku dan pasukanku berhasil memporak-porandakan konvoi pasukan musuh, bahkan kami masih ingat pada suatu hari berkat informasi dari Ratna pula kami berhasil membunuh perwira tinggi Belanda dan mendapatkan banyak sekali senjata sitaan dengan cara memasang ranjau darat dan menghujaninya dengan tembakan pada jalan yang dilalui konvoi itu.

****
Seminggu telah terlewat, kini luka di lengan kiriku perlahan mulai kering, berkat ramuan yang di buat Ratna lukaku terhindar dari infeksi, namun bila di gerakkan kadang masih menimbulkan rasa sakit walaupun cuma sedikit. Dalam seminggu ini aku dan pasukanku sudah empat kali kepergok patroli Belanda, semenjak perwira tinggi mereka tewas, hampir tiap malam mereka melakukan patroli yang ujung-ujungnya pasti menembaki rakyat jelata yang tidak tahu apa-apa, entah sudah berapa desa mereka bumi hanguskan dengan alasan bahwa di desa itu adalah basis pendukung pejuang-pejuang seperti kami.

contoh cerpen pendidikan
Melalui pesawat radio satu-satunya, hampir setiap pagi aku mengikuti perkembangan di seluruh Indonesia, pak Dirman masih memerintahkan untuk terus bergerilya, sebab jalan diplomasi dengan Belanda agaknya berjalan alot, oleh sebab itulah hingga kini kami masih terus bersembunyi, hampir setiap minggu kami selalu pindah markas, sebab aku khawatir keberadaanku dan pasukanku tercium oleh musuh, aku dan pasukanku hanya menyerang pos-pos Belanda jika malam telah larut atau ketika Shubuh saat ayam jantan masih belum terjaga dari tidurnya.

Hingga akhirnya pada suatu pagi tanggal 27 Desember 1949 selang empat tahun setelah kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, dari satu-satunya pesawat radio yang kami miliki, aku dan seluruh pasukanku mendengar berita bahwa Belanda telah mengakui kedaulatan dan kemerdekaan bangsa indonesia melalui Perundingan Meja Bundar. 

Belanda secara penuh mengakui kedaulatan dan kemerdekaan bangsa Indonesia, berita itu bagaikan sebuah keajaiban, kemerdekaan yang sesungguhnya dan telah lama kami tunggu-tunggu akhirnya tiba di depan mata, semenit kemudian aku dan pasukanku tenggelam dalam suasana suka cita, tarian dan sorakan anak buahku memecah keheningan hutan tempat kami bersembunyi, bendera merah putih berukuran besar yang selama ini tersimpan di peti mesiu kami keluarkan, lantas berkibar dengan gagah di ujung bambu yang kami potong untuk dijadikan sebagai tiang. 

Ratna dan pasukanku yang lain berjingkrak-jingkrak kegirangan, seluruh anak buahku larut dalam perasaan bahagia yang tiada tara, rasa lelah di tubuh mereka hilang entah kemana, tak mereka hiraukan lagi perut yang melilit sebab dalam seminggu terakhir perut mereka hanya di isi ketela bakar dan daun-daun hutan. Ah masa bodoh rasa sakit di perut batinku, yang penting sekarang Indonesia telah menang, bangsa ini kini bebas dari kolonial Belanda, 

Kini Indonesia adalah negara yang berdaulat, tak sia-sia perjuangan kami selama ini, tak sia-sia pengorbanan empat puluh orang anggota pasukanku yang harus meregang nyawa di terjang peluru musuh, sebab kini kita semua telah merdeka dengan sebenar-benarnya. Ribuan nyawa yang gugur di medan laga menandakan bahwasanya perjuangan merebut kemedekaan tidaklah di capai dengan mudah, dan semakin menegaskan bagi kita bahwasanya kemerdekaan bangsa kita bukanlah hadiah dari Belanda, tapi semua ini adalah sebuah perjuangan panjang yang harus di bayar dengan tetesan air mata dan darah seluruh rakyat Indonesia.
****
Dua puluh tahun kini telah berlalu, sepulang dari perang aku tak lagi menjadi tentara, aku lebih suka menghabiskan sisa umurku dengan menjadi petani di desa kelahiranku, bekas-bekas anak buahku yang sebagian dari mereka kini sudah menjadi orang berpangkat masih sering berkunjung ke rumahku, mereka membawa serta anak-anak dan istri mereka. 

Pernah pada suatu hari salah satu anak buahku yang kini berpangkat Mayor jenderal mengajakku untuk ikut ke kota tempat dia dinas lalu tinggal bersamanya, mungkin dia trenyuh dan tidak tega melihat keadaanku yang serba pas-pasan, hanya mengandalkan hidup pada sebidang sawah dan gaji veteran yang sangat kecil sekali. Namun aku bersikeras menolaknya, aku lebih suka menghabiskan sisa hidupku dengan lumpur di sawah dan keringat di ladang, daripada aku harus hidup berdampingan dengan teman-teman seperjuanganku dulu, yang pasti akan kembali mengingatkanku pada malam-malam penuh tragedi sehari setelah penyerahan kedaulatan oleh Belanda dulu. 

Pada malam itu masih teringat dengan jelas di benakku ketika Tubuh mungil Ratna terpental karena kakinya menginjak ranjau darat yang pernah di tanam tentara Belanda waktu kami keluar dari hutan tempat persembunyian untuk menyongsong kemerdekaan. Hingga akhirnya tubuh Ratna telah kami temukan tidak bernyawa dengan separuh tubuhnya hancur tergeletak di antara akar-akar pepohonan pinus. Malam itu kami semua menangis, kenapa Ratna harus gugur setelah kemenangan berhasil di capai bangsa ini, mengapa duka itu terjadi ketika kami semua larut dalam kebahagiaan. Hingga sampai detik ini aku masih belum bisa melupakan kejadian itu, batinku benar-benar hancur apalagi saat teringat kata-kata terakhir yang dia pesankan padaku siang hari sebelum dia tiada.

“bang, sekarang aku bisa hidup tenang, tanpa harus keluar masuk hutan lagi, sebab kini kemerdekaan telah menjadi milik kita semua, setelah ini aku ingin memiliki rumah yang nyaman dan jauh dari desingan peluru, jika esok kita jauh jangan lupa engkau untuk mengunjungi rumahku ya bang !”
Kurang lebih begitulah kata-kata terakhir Ratna, sebelum dia pergi meninggalkan kami semua, kata-kata yang sampai saat inipun masih terngiang dengan jelas di gendang telinga. Ternyata perkataannya itu benar, kini dia tak perlu lagi keluar masuk hutan dan kini rumahnya jauh dari desingan peluru.

Sampai detik ini aku selalu menepati janjiku padanya, setiap tanggal kelahiran dan kematian Ratna, aku selalu menyempatkan diri untuk menziarahi makamnya.
Walaupun kini bangsa Indonesia telah benar-benar merdeka namun hatiku tidak pernah merasa merdeka, sebab hingga detik ini setengah tubuh Ratna yang hancur akibat ranjau itu masih terbayang jelas dipelupuk mataku.

Mereka telah habis” begitu canda pasukanku sembari merebahkan diri di antara pohon-pohon pinus.

TEKS PELANTIKAN ART ORIENTATION

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

ASYHADUALLAAILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADUANNA MUHAMMADARRASULULLAAH

Warga syah Komunitas Seni (KOMSI) STAIN Jember, bersaksi atas ketuhanan-Mu ya Allah, dan mengakui dengan sepenuh hati kenabian Muhammad sebagai utusan-Mu.

Warga syah Komunitas Seni (KOMSI) STAIN Jember, berdiri dihadapan-Mu ya Allah, mengakui kemanusiaan kami dan berjanji akan selalu berusaha menjaganya sampai batas waktu yang Engkau tentukan.

Warga syah Komunitas Seni (KOMSI) STAIN Jember, perwujudan dari Adam dan Hawa yang Engkau lemparkan dari surga-Mu sebagai khalifah dimuka bumi ini, berjanji akan selalu menjaga kekhalifahan tersebut sampai batas waktu yang Engkau tentukan.

Warga syah Komunitas Seni (KOMSI) STAIN Jember, berjanji untuk selalu berusaha mengungkapkan kebenaran dan membumikan keadilan sampai batas waktu yang Engkau tentukan.

Warga syah Komunitas Seni (KOMSI) STAIN Jember, berjanji akan selalu menjaga nama baik almamater dan organisasi sampai batas waktu yang Engkau tentukan.

Warga syah Komunitas Seni (KOMSI) STAIN Jember, akan selalu melaksanakan tugas-tugas sebagai pengurus sebaik mungkin dalam situasi dan kondisi apapun.

Warga syah Komunitas Seni (KOMSI) STAIN Jember, akan selalu mengedepankan tugas demi kemajuan KOMSI kedepan.

Senja Menghampiri Indonesiaku


Artikel Singkat Pendidikan Seni Budaya

SENJAPUN MENGHAMPIRI INDONESIAKU
By : Sebuh-AO 11

Penilaian masyarakat Indonesia tentang budaya ada 2 kecenderungan yaitu yang pertama masyarakat yang mempertahankan tradisi dan sejarah sebagai sesuatu yang sakral dan penting (romantisme tradisi), dan yang kedua masyarakat yang melihat tradisi sebagai produk masa lalu yang hanya layak disimpan dalam etalase sejarah sebatas untuk dikenang (dekonstruksi tradisi/disconnecting of culture). 

Kebanyakan pada masa ini yang terjadi adalah masyarakat yang cenderung pada dekontruksi tradisi Sebagai salah satu dampak dari globalisasi, yaitu membawa serta budaya barat dan melecehkan  nilai-nilai budaya tradisional. Bangsa Indonesia kini telah berkembang menjadi masyarakat modern dan telah mengalami perubahan dalam gaya hidup. 

Masyarakat akan minder apabila  tidak menggunakan pakaian yang bermerk (merk terkenal), selain itu juga masyarakat saat ini malu menggunakan budaya asli Indonesia disebabkan tengah maraknya budaya asing yang masuk di Indonesia. Tetapi Baru-baru ini Indonesia gencar membudidayakan sebagian budaya Indonesia, terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat luar lebih mengenal budaya Indonesia dibandingkan masyarakat asli Indonesia.

Perubahan Budaya pasti akan menghampiri semua Negara, termasuk Negara kita tercinta yaitu Indonesia. Budaya dalam suatu bangsa mengalami perkembangan tidak pada satu aspek saja akan tetapi bisa saja secara menyeluruh. Kemajuan kebudayaan dan peradabannya serta kemajuan keseniannya secara timbal balik saling berkaitan. karena kesenian merupakan bagian penting dari kebudayaan, sebagai ekspresi dan artikulasi dari hasil cipta, karsa dan karya.

Perkembangan Kesenian nampaknya paling dinamis. Bisa dilihat dari Kesenian dalam masyarakat Indonesia saat ini didominasi dengan seni suara dan seni acting (film, sinetron), seni yang berbau kedaerahan seperti seni tari, seni wayang kulit, seni lawak tradisional yang dulu hampir setiap hari dapat disaksikan kini sudah mulai pudar.

Maka dari itu yang dibutuhkan oleh rakyat Indonesia adalah pembangunan kesenian dan mempertahankan kebudayaan bangsa Indonesia pada hal-hal yang positif agar Indonesia tidak semakin terpuruk. Pembangunan Kesenian adalah pebangunan nilai-nilai seni dan apresiasi untuk meningkatkan kemartabatan seniman dan masyarakat, sekaligus meningkatkan mutu seni dan apresiasi terhadap kesenian. 

Dan jika dalam mempertahankan kebudayaan juga terlebih dahulu perlu adanya pelestarian dan pengembangannya secara dinamis dengan cara-cara yang lebih khusus dalam ruang lingkup memperkenalkan budaya dan kesenian yang beraneka ragam dari seluruh nusantara dengan tetap berpegang teguh pada semboyan Bhineka Tunggal Ika. Supaya masa depan bangsa Indonesia menjadi cerah.

Selamat berfikir, dan terus berkarya!
Salam Budaya dan Seni di Nadi!

Cerpen | Honey

HONEY
By :Togar-AO 5

Lambat laun wajah dalam kertas foto itu mulai usang termakan waktu, tak terasa hampir empat tahun aku menyimpan seraut wajah dalam potret itu dalam laci meja kerjaku, di balik lipatan buku agenda yang tak pernah sekali pun aku sentuh, seraut wajah itu telah lama menghilang dari benakku, mungkin karena tersimpan terlalu lama dalam sanubariku yang paling dalam hingga rintik hujan pun seakan tak mampu lagi membersihkan karat dalam hatiku ini walau hanya sekedar untuk mengintip. Dan tak terasa pula hampir empat tahun pula aku tak pernah lagi mengirimkan kado ucapan selamat ulang tahun padamu. Waktu yang memaksa aku untuk berlari tak memberikan aku sedikitpun kesempatan untuk mengingat serpih-serpih

Cerpen Cinta | Cerita Cinta Paling Romantis | Honey
kenangan kita dulu.Hingga pada suatu hari aku menemukan kembali seraut wajah yang hilang itu, ketika hatiku terobrak-abrik oleh kejenuhan lautan rindu, tak sengaja aku menemukan kembali semua itu saat aku buka kembali buku-buku yang aku tulis untuk menceritakan kisah cinta kita dahulu. Aku damai ketika seraut wajah itu datang, dia menghadirkan kembali kenangan-kenangan indah saat kami menjelajahi lorong-lorong waktu di tepi pantai biru. Entah kenapa, disaat aku menyatukan kembali serpih-serpih kenangan dalam cerita potret itu, aku kembali menemukan suatu ketenteraman yang telah lama ingin sekali kutemukan.

-Honey- begitu sederhana kata-kata yang engkau bisikkan ditelingaku untuk sekedar mengingat namamu. Senja itu engkau berkata masih akan mengingatku untuk selamanya, tak perduli apakah saat itu aku telah menjadi penjaga cinta milik orang lain. Tapi janji yang terucapkan dari bibir mungilmu itu telah memaksa aku untuk percaya, bahwa harapan cinta dimasa yang akan datang telah engkau serahkan pada diriku, dan seluruh unsur hidupmu yang akan menentukan hitam dan putih jalanmu, telah engkau suruh aku sebagai nahkodanya.

“Apakah engkau siap untuk menungguku dalam waktu yang tak menentu?”.
Hanya kata-kata itu yang sanggup aku ucapkan, sambil menatap dalam-dalam bola matanya, aku berusaha untuk menemukan jawaban yang seharusnya memang tidak usah dia jawab.
Hingga dalam dalam kebisuan di menit berikutnya dia berkata.
“Indah mahkota telah engkau punyai, keikhlasan cinta telah engkau ajarkan padaku. Apakah itu belum cukup bagiku untuk sekedar menunggu dirimu kembali, walau kedatanganmu tak akan terkabarkan oleh ruang dan waktu”.

Indah katanya tertata, tulus hatinya berkata. Dalam sinar matanya yang biru, aku menemukan setitik kesungguhan yang bersinar bagaikan sekumpulan api unggun kehangatan yang senantiasa menghangati hatinya yang dingin. Dingin oleh ketakutan yang merajam, karena bentangan pedih penantian pasti akan menunggunya jika dia merelakan aku pergi.

“Aku rela berkorban untukmu”.
Sepenggal kata itulah yang terakhir kali engkau ucapkan, setelah itu akupun mulai mengemasi semua kasih sayangku. Ku kemasi semua rasa rindu yang yang belum puas aku menikmatinya, dan tanpa menoleh lagi aku pun pergi, meninggalkanmu seorang diri di terminal itu, dalam senja yang pekat, tak kupedulikan lagi teriakan-teriakan hatimu agar aku tak berlalu dari dekapmu.
Hasrat untuk merubah masa depan di negeri seberang telah membulatkan tekad, walau hangat pelukmu masih sisakan bara di tubuhku.
****
Dan kini…. Ketika kehangatan mulai menghilang dari hatiku yang dingin, aku kembali teringat pada api unggun dihatimu yang dulu pernah terangi jalanku. Kucoba kembali mengumpulkan serpihan-serpihan kenangan yang tersimpan . Ingin sekali kupandang kembali cinta abadi di wajahmu, ingin sekali kutanyakan apakah senyummu kini masih tetap utuh untuk diriku, apakah cintamu masih sama seperti yang dulu, saat kumeninggalkanmu empat tahun yang lalu.
Tanpa berita dan tanpa suara, kurapikan bingkai dihatiku yang pernah terlupa, kuayunkan langkah kakiku

Cerpen cinta paling romantis

menuju kota tempatmu berlabuh. Sengaja tak kukirimkan kabar –karena memang aku tak pernah mengirimimu kabar- . Dengan bis antar kota akhirnya aku tekadkan hati mengunjungimu di Shubuh yang dingin, ketika fajar mulai tiba diantara butiran malam yang mulai tersingkirkan kelambu mega.
Aku tiba di terminal kotamu saat senja, terminal yang dulunya menjadi saksi bisu detik-detik perpisahan kita, gema adzan Maghrib menyambutku menapaki waktu, kerinduan semakin membuatku bagai orang buta, walau setengah dari tubuhku di dera kelelahan yang amat sangat. 

Tapi semua tidak usai sampai di sini, perjalanan masih harus kuteruskan dengan menumpang angkutan pedesaan yang berangkat setiap setengah jam sekali. Jalan di kotamu masih  tetap seperti dulu, saat kita menikmati canda tawa sepanjang jalan sambil sesekali tangan mu mencabuti bunga-bunga liar yang tumbuh di pinggiran jalan, lobang-lobang di jalan pun masihlah sama, suara gemerisik daun diterpa anging seakan-akan masih menyimpan semua kenangan kita, menyeretku dalam lautan lamunan yang indah, hingga tak terasa adzan Isya menyambutku menapaki halaman runahmu.

Di depanku sebuah rumah bercat biru yang mungil, menjanjikan ketenangan dan ketentraman bagi siapapun yang menempatinya. Rumah itu masih sama seperti dulu, itulah rumahmu, bunga-bunga tertata rapi di halamannya yang mungil. Di rumah inilah empat tahun yang lalu aku dan dia pernah melewati indah senja, mereguk habis semua kebahagiaan dengan cangkir canda tawa, bersenandung tarian anggrek dan kerlingan nakal mawar.

Rumah itu sunyi, sesunyi hatiku yang sejak dulu tercerai dan tersiksakan oleh perjalanan panjang tanpa tahu arah mana yang  pantas aku tuju. Di malam itu hanya terang lampu neon yang menerangi ruang tamunya yang mungil. -Honey- kueja satu-persatu huruf yang tertulis pada papan nama depan pagar, dengan hati ragu perlahan kuketuk pintu rumahnya, agar suara ketukan tak sampai mengagetkan isi rumah. Pada ketukan berikutnya hatiku mulai bertanya pada langkah kaki yang semakin mendekati pintu tempatku berdiri.

“Apakah cinta dan harapanku masih engkau simpan rapi Honey?”
****

Kumpulan Puisi


Kumpulan Puisi | Puisi Cinta | Kepadamu
Kepadamu
By: TENOL  (AO 11)

Kepada sang pemberi harapan
Yang tak bergerak, berbicara dan berceloteh tentang cinta
Namun memiliki berjuta isyaratnya
Tidak juga sebagai pendengar setia
Lebih kepada
Tempat bersandar dan menggapai kesunyian bermanifer keramaian

Sebuah rumah yang tak berdaun pintu
Namun begitu banyak memiliki penjaga setia pula

Kepadamu, aku memilih melangkah
Dengan tapakan kasih dan sayang
Mencari tahu apa yang asing dan di asingkan
Mencari rampai dan puing ketidakgunaan untuk
Menjadikan sebagai obor kejayaan

Sebagaimana kau jadikan aku
Penempuh gemilang

Aku ingin katakan padamu apa
yang tak pernah yang lain katakan
Kan ku rasakan padamu apa yang ku rasakan
yang tak pernah yang lain rasakan

dan yang ingin ku sampaikan....
aku tak pulang bukan berarti
aku tak mau bertemu kau
aku tak menegur bukan berarti
aku marah
aku tak singgah bukan berarti
aku tak rindu...

aku tak kembali padamu karena...
aku ingin lebih mengenal kau

aku tak melakukan apa yang biasa
yang lain lakukan


Kumpulan Puisi | Puisi Cinta | gelisahku

Gelisahku
By : Spirtus-AO12

Matahari telah bersembunyi
Dibalik awan kelabu itu
Sesekali aku mengintip dari kejauhan Apakah dia benar-benar pergi
Ataukah hanya ingin memancing
Kegelisahanku ketika aku jenuh saat kepergiannya
Sejenak terpaku dan terlelap
Diantara rerumputan yang telah menguning
Terasa tiupan angin membelai pipiku
Dan membuat jilbabku menari dibawah langit itu
Aku menyipitkan mata, dan ku lihat senyuman itu
Senyuman sang rembulan
Menggantikan sang mentari yang telah pergi
Malam telah tiba
Aku mendengar suara berisik jangkrik menyuruhku pergi
Bersama dinginnya udara di kegelapan malam ini



Kumpulan Puisi | Puisi Cinta | dan malampun telah usai aku setubuhi
Dan Malampun Telah Usai Aku Setubuhi
By : Kebluk-AO 11

Senja itu, aku telah siap bergumul
Seperti biasa, sebelum memulainya
Ku ciumi aroma, agar aku semakin tak kuasa
Disudut kamar ada beberapa mantra
Kutunggu malam agar sedikit menua
Dan, inilah saatnya
Aku meraba,,,
Sambil membaca mantra aku sentuh segala yang ada
Lalu basah,,,
Dan malampun telah usai aku setubuhi
Kujilati mantra,
Ku kunyah,,,
ku tusuk – tusuk hingga basah...
Hati, paru,  dan ginjal
Ada yang mengekor di sudut mata
Aku ringkih,,,
Dengan nanar
Berharap Tuhan membalas pesanku semalam


Kumpulan Puisi | Puisi Cinta

Cerpen | Suami Laknat

By : Togar-AO 5

Setelah sekian lama, berada di kotamu hatiku mulai jenuh, hari-hariku hanya diisi dengan keluyuran dan begadang hingga shubuh datang. Aku rindu pulang. Di balik selimut tempat kita biasa bercumbu mulai kutemukan rasa jenuh dan bosan. Bibirmu tak lagi hangat, pelukanmu tak lagi mesra dan genggaman tanganmu kini mulai berkarat.

Akhir-akhir ini ada saja alasan supaya aku bisa memakimu, entah itu masakanmu yang kurang asin, jatah kopiku telat, atau bahkan hanya karena hal sepele yang seharusnya tidak membuatku uring-uringan. Namun engkau tetap diam dan engkau tidak pernah mengeluh walau seringkali
 contoh cerpen | contoh cerpen cinta | contoh cerpen cinta romantis | contoh cerpen cinta romantis sedih | contoh cerpen cinta romantis sedih suami laknat
wajahmu menjadi sasaran amukan tangan liarku. Engkau masih tetap tersenyum, di wajahmu tidak pernah tergantung mendung kesedihan, pada sinar matamu tidak pernah tergambar noktah kepedihan. Dengan kesabaran yang tidak di buat-buat engkau menunggu kobaran api di mataku memudar, bagai pudarnya unggun tersiram hujan di tengah puncak kemarau, hingga kini kulihat di matamu masih tersimpan secercah harapan agar aku bisa berubah, merubah ombak ganas dalam kehidupanku menjadi riak kecil yang tenang, seperti tenangnya pantai di saat purnama.

Sepuluh tahun perkawinan tidak membuatku mengenalmu dengan baik, watakku yang keras dan sifatmu yang lembut seringkali membuat diriku berubah menjadi liar. Memar bekas pukulan di pipimu dan darah yang mengucur di bibir tidak membuatmu mencucurkan air mata, apalagi menagis merengek-rengek seperti anak kecil yang tolol. Ketabahan seperti itulah yang membuatku tidak bisa untuk melepaskanmu. Setiap kali aku membutuhkanmu, engkau selalu datang dengan senyuman. Setiap aku merasa terasing, engkau selalu datang dengan api kerinduan di tangan, bisa kukatakan engkau adalah wanita penjelmaan sang dewi yang bersuamikan iblis laknat sepertiku.

Wajahmu lancip dan bermata jernih sejernih telaga zam-zam, wajahmu yang cantik sering membuat banyak orang menyumpahiku supaya cepat mati, agar dapat mengawinimu setelah kau menjadi janda. Namun selama ini mereka hanya berani berkomentar di belakangku. Wajahku yang sangar, badanku yang kekar dan separuh badanku yang di penuhi tato menjadi alasan mereka berpikir panjang untuk berhadapan denganku.

Aku tidak pernah takut pada siapapun, aku hanya takut pada papaku yang telah aku bunuh dua tahun lalu karena berani memasukkan isteri mudanya di kamar mendiang mama ku, kubenamkan kepalanya ke dalam bak air, hingga separuh matanya mendelik menatap kematiannya yang tergambar jelas. Sepeninggal dia aku tidak pernah takut pada siapapun, hingga akhirnya nyali orang-orang di kampungku ciut, mereka takut berbuat macam-macam pada isteriku, apalagi ada main dengannya, hingga akhirnya akupun merasa tenang meski meninggalkan rumah dalam waktu yang cukup lama  untuk menemui selingkuhanku yang sekarang tengah hamil empat bulan.

Walau sekarang anakku telah memasuki jenjang pendidikan akhir sekolah dasar tapi hobiku selingkuh belum bisa aku hentikan. Entah sudah berapa kali aku kepergok saat sedang asyik bermain api dengan selingkuhan atau sekedar pelacur jalanan di kamar hotel, dan barang kali teramat sering ia memaafkanku dengan ketulusan hatinya yang anggun bak bidadari. ia tak pernah memakiku apalagi sampai menuntut cerai. Hingga pada akhirnya hatiku luluh, kecantikan dan kelembutannya perlahan-lahan membuka kedua pelupuk mataku tersinari oleh kelembutan dan keelokan hatinya yang tulus, kelembutannya sanggup merubah hidupku, lambat laun aku sadar bahwa dirinya sangatlah berarti bagi hidupku. Tulus sekali cintanya, barang kali itu yang membuat hatiku luluh.

Berbekal kesadaran itulah, perlahan-lahan aku menata kembali kehidupanku dengan dia, perlahan-lahan pula aku mulai belajar untuk menghargai setiap kata dan senyuman yang setiap saat bisa menyejukkan nurani ini, selimut tempat tidurku kembali hangat, genggaman tanganku kembali mulai mesra. Anakku kini mulai belajar utnuk melupakan tangan ayahnya yang dulu sering mendaratkan pukulan di tubuhnya yang kurus. Bahtera rumah tanggaku kembali menemukan sebuah titik cerah kehidupannya. Pohon-pohon yang memayungi
contoh cerpen | contoh cerpen cinta | contoh cerpen cinta romantis | contoh cerpen cinta romantis sedih | contoh cerpen cinta romantis sedih suami laknat
halaman rumahku kembali rimbun, kesejukan selalu menyambut saat aku membuka pintu di pagi yang damai di rumah kami. Kedamaian seperti itulah yang sebenarnya telah lama ingin aku dapatkan, hingga pada akhirnya Tuhan telah mengaruniakannya kepada kami melalui senyuman dan ketabahan yang di miliki istriku
Hingga pada suatu hari di siang yang terik, suami mantan selingkuhanku yang baru datang dari menjadi TKI mencariku dengan sebilah golok di tangan kanannya, golok itu berkilau bagai kilau taring srigala yang kelaparan di gelap malam. Aku sadar asap kematian kini tengah mengincarku, tanpa membuang-buang waktu aku berlari menuju tempat anak dan istriku, tanpa sempat mengunci pintu rumah ku raih parang yang dulu sering aku gunakan menebas kepala korbanku yang melawan saat aku menggarong rumahnya.

Sesaat kemudian rumahku porak poranda, damai yang sebelumnya menyelimuti tiba-tiba menghilang, serpihan kaca terlihat di sana-sini, jerit dan tangis istriku tak lagi kuhiraukan, semburan darah membasahi hamparan permadani tempat aku istri dan anakku biasa menonton televisi selepas maghrib. Hingga akhirnya suasana sepi kembali, parang di tanganku masih berlumuran darah. Suami mantan selingkuhanku sekarang entah ada dimana, mungkin dia lari pontang-panting menyelamatkan nyawanya dari liar dan ganasnya sabetan parangku. Ah masa bodoh, mataku mulai mencari sosok istriku, kemanakah dia, terlukakah dia, atau bahkan sudah matikah dia ?.
Namun belum sempat aku menemukannya mataku tiba-tiba menjadi gelap dan kepalaku terasa berat, akhirnya aku ambruk dengan luka menganga di perutku.
****
Saat aku menggapai pintu kamar malam mulai memasuki baranda Isya’, bekas-bekas perkelahianku tempo hari telah hilang, tak ada lagi pecahan kaca di teras rumah, tak ada lagi ceceran darah di ruang tamu, perabotan rumah yang kemarin berserakan kini tertata rapi di lemari ruang tengah, aroma dupa menyengat hidungku, susah payah aku berhasil membuka pintu kamar, kulihat kerumunan orang di ruang tamu sedang membaca tahlil dan yasin atau entah apa lagi. Kulihat anakku berada di tengah kerumunan itu, dirinya ikut larut dalam bacaan yang membuatku merasakan sebuah kedamaian yang aneh.
Aku beranjak menuju ke ruang tengah, kulihat istriku duduk termenung di sudut dekat lemari. anakku, dari matanya yang bening jelas terlihat bahwa dia menangis. Kupanggil namanya dari belakang, kusentuh bahunya dengan lembut dan kupeluk dirinya dengan semua kerinduan yang pada akhir-akhir ini kerap menggangguku. Tapi dirinya tak sekalipun menoleh kepadaku, seolah-olah tidak ada aku di sampingnya. Kembali kupeluk dia dengan setulus hati dan kubisikkan sesuatu di dekat telinganya, namun dia masih tetap acuh, dia hanya menoleh sebentar kepadaku lalu diam kembali seperti tak terjadi apa-apa. Hatiku dan jiwaku berontak, mengapa istriku yang dulu-dulunya selalu setia menyayangiku kini bersikap
contoh cerpen cinta romanis sedih suami laknat
acuh. Apa kesalahan yang telah aku perbuat Tuhan….?, khilaf apa yang telah aku lakukan sehingga dia yang aku cinta kini tega tidak memaafkanku dan mengacuhkanku, perasaan bersalah dan luapan emosi yang terasa aneh kini berkecamuk di otakku, hawa aneh itu kini membuatku seperti orang asing di rumahku sendiri, kenangan-kenangan tentang masa laluku mulai berdatangan kembali. Aku tak kuat Tuhan……apa yang sebenarnya yang telah terjadi pada diriku sehingga semua orang tidak ada yang sudi untuk sekedar menyapaku. Lama aku terjebak dalam kebingungan, hingga akhirnya kemarahan yang

meledak-ledak dan keputus asaan yang memenuhi hati ini menyuruhku untuk berlari, kuseret langkahku menuju kegelapan kebun di belakang rumahku, sia-sia bila aku terus berada di rumah itu, percuma aku berada di tengah kerumunan tetanggaku yang sedang membaca tahlil itu bila istriku kini tidak mempedulikanku lagi, aku hanyalah tubuh penuh luka yang tak berguna lagi untuk mereka. Aku terus berlari dan terus akan berlari sampai kakiku tak kuat lagi, gelapnya malam seakan-akan tak mampu menahan niat di hatiku untuk terus berlari, nafasku terengah-engah dan detakan jantung di dadaku seakan-akan mau meledak namun semua itu tak kuhiraukan, ku tetap berlari menembus gelapnya malam, hingga akhirnya aku terjerembab mencium tanah, kakiku tersandung sebuah batu nisan di atas gundukan tanah kuburan yang masih basah, wangi bunga kamboja kembali membuat kepalaku pusing, pandanganku berkunang-kunang, saatku berlari tanpa sadar aku telah memasuki pemakaman umum desaku, kepalaku masih terasa pusing dan pandanganku tetap berkunang-kunag namun kupaksakan mataku menebarkan pandangan walau di areal pekuburan itu gelap gulita.
Hingga akhirnya kesadaranku pulih setelah aku membaca nama yang tertulis pada batu nisan yang tadi menghalangi kakiku, nama di batu nisan itu masih tetap sama seperti kemarin, di batu nisan itu tertulis dengan jelas namaku dengan huruf kapital besar-besar “KARJONO, LAHIR 07 SEPTEMBER 1972. WAFAT 03 MARET 2008”. Belum selesai membaca tulisan itu tiba-tiba hawa aneh datang kembali, hatiku kembali berontak, mengapa kemarin aku harus terbunuh ketika berkelahi melawan suami mantan selingkuhanku itu, mengapa tidak kubacok saja kepalanya agar dia yang terbunuh, kini aku tak bisa lagi merasakan manisnya senyuman istriku dan tatapan sejuk mata anakku, ingin aku kembali ke tengah-tengah keluargaku, aku belum puas mereguk manisnya kasih sayang hati istriku dan indahnya kebersamaan di tengah-tengah mereka.

Kini Tuhan tak mungkin lagi mengijinkanku untuk kembali, sia-sia bila kuterus meratap, Tuhan tak mungkin akan melahirkanku kembali ke dunia walaupun rasa rindu dan penyesalan di hati semakin menyesakkan dada, kini aku telah menjadi mayat yang terbujur kaku dan duniaku kini telah berbeda dengan mereka. Teruslah engkau menari dengan kasih sayangmu wahai istriku, agar buah hati kita bisa merasakan indah cintamu, bukan mengingat api di mataku. Biarlah kini aku terbaring di sini, di bawah pohon kamboja tengah makam, kunjungilah aku jika kau ada waktu dan bawalah serta anak kita agar aku tak lagi rindu di atas sana.

-0- selesai

Mimpi Diatas Nirwana


Mimpi di atas Nirwana
By : Uun - Ao 1


Manakala mata terpejam
spoi angin dalam nanar jiwa
gejolak menari gemulai sanubari
bingung antara nyanyian dan igauan
mana dan kemana
belaian kasih itu
raga terhimpit cengkraman merindu
Puisi cinta Paling Romantis | Mimpi Diatas Nirwana
raga selayak dipadang pasir berduri
penakluk jiwaku meronta
gelombang cinta pujagga
raih sukmaku terbang bersama sucinya butiran debu
gapai batinku mengalir bersama gelombang samudra
genggam naluri ini di atas bait sajak cinta
tiada bersemayam abadi pada pecinta sejati
trauma kokoh berdiri
saat tak lagi dibuai pujaan hati
bayangan apa lagi ini
begitu lekat terpenjara diruang waktu
terbelenggu cinta hampa
terpasung kepalsuan
gemulaiku menggila tak  berirama
merdu suaraku menggelegar diatas persada
bergemuruh di atas kaki langit
trus tak berhenti
sampai hadirmu bersama mimpi 
di atas nirwana
 *****

Seni Rupa | Seni Rupa Terapan | Seni Rupa Murni

Pengertian Seni Rupa | Seni Rupa Terapan | Seni Rupa Murni - Seni rupa adalah salah satu cabang karya seni yang cukup populer di kalangan pelaku dan penikmat seni. Dalam seni rupa sendiri terdiri atas banyak cabang dan aliran, sebenarnya bicara seni rupa tak kan ada ujung dan pangkalnya karena setiap pelaku maupun penikmat seni masing-masing memiliki caranya sendiri-sendiri dalam mengapresiaikan sebuah karya seni. 

Karya seni dalam hal ini seni rupa bukan hanya di nilai dari sisi material saja akan tetapi seni rupa juga menyangkut ketinggian nilai yang absurd, sulit untuk diceritakan karena hal ini bersentuhan dengan hal imaginer, penjiwaan, pesan dan bahkan hal yang bersifat religius  yang syarat dengan norma dan susila. oleh karena itu pada kesempatan ini saya hanya akan membahas 3 poin saja terkait seni rupa yaitu : pengertian seni rupa, seni rupa terapan dan seni rupa murni.

Apa Pengertian seni rupa ?
Pengertian seni rupa : Seni rupa adalah salah satu cabang seni menyerupai bentuk atau membentuk karya seni dengan sarana atau media yang dapat di indra oleh mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. seni. Seni rupa juga dapat diartikan  sebagai hasil ciptaan kualitas, hasil ekspresi, alam keindahan atau segala hal upaya penyerupaan dari aslinya atau modifikasi dari aslinya, sehingga dapat di lihat oleh mata dan dapat di raba. Seni rupa berdasarkan fungsinya terbagi atas dua hal yaitu seni rupa terapan dan seni rupa murni.

Apa itu seni Rupa terapan ?
Seni rupa terapan adalah sebuah karya di hadirkan /dihasilkan dengan tujuan praktis mengenai fungsi dan kegunaan dari benda-benda yang dibutuhkan untuk kegiatan sehari-hari atau semacam alat dan sarana misalnya : semua alat memasak, alat pertukangan, rumah, dan seluruh hasil karya dengan orientasi fungsi manfaat dan kegunaan.

Apa itu seni rupa murni?
Seni rupa murni adalah hasil karya seni yang dibuat/dihasilkan bukan dengan tujuan atau berorientasi fungsi dan kegunaan. akan tetapi seni rupa murni adalah hasil karya seni sebagai apresiai, ekspresi, yang bertujuan untuk mengungkapkan ide,gagasan dari pencipta seni dengan tujuan keindahan. Seni rupa murni bebas dalam ekspresi, penghayatan, imaginasi, ungkapan keinginan, harapan, impian dan khayalan.

contoh-contoh seni rupa murni
  • Patung : Hasil ekspresi penyerupaan berupa bentuk visual  melalui media tga dimensi untuk tujuan seni atau keindahan atau estetika
  • Relief : adalah lukisan yang ditampilkan dalam bentuk tiga dimensi diatas permukaan 2 dimensi, relif biasanya terdapat di tugu, Candi, yang pada umumnya memiliki sejarah kebudayaan tertentu
  • lukisan : Lukisan adalah karya seni yang dibuat dari bahan cat, kuas atau peralatan lain diatas kanfas sebagai media
  • Kerajinan dan keterampilan tangan: misalnya gantungan kunci, kerajinan tangan dari bahan-bahan bekas, yang bernilai estetika dan fungsi.
  • Kerajinan keramik : seni rupa kerajinan keramik misalnya guci, piring keramik, dengan tujuan keindahan (estetika) bukan untuk digunakan sebagaiman mestinya karena dipandang lebih punyai nilai estetika dari pada hanya sekedar untuk alat makan.
  • Kaligrafi : adalah seni rupa modifikasi huruf untuk tujaun estetika, pada umumnya kaligrafi dengan huruf hjaiyah dari bahasa arab, akan tetapi hururf aksara jawa, aksara jepang dan lain sebagainya termasuk pada kategori kaligrafi
  • mosaik : mosaik yaitu seni merangkai pecahan dari bahan batu, keramik atau kaca sehingga memiliki nikai estetika
  • ukiran : seni memahat diatas batu dan kayu menjadi bentu yang diinginkan yang memiliki nilai estetika, pada umumnya berbentuk makhluk hidup, bunga, motif yang biasanya dijadikan sebgai hiasan rumah dan peralatan rumah tangga.
  • Foto grafi : yaitu pengambilan gambar dengan alat kamera yang memiliki nilai estetika, biasanya fotografi diadikan sebagai ilustrasi buku, media masa,
  • Topeng : karya seni penutup wajah meyeruapai wajah, dari bahan kertas, kayu, keramik, plastik, logam dan yang lainnya.
itulah informasi terkait pengertian seni rupa, macam-macam seni rupa di tinjau dari  fungsinya yaitu seni rupa terapan dan seni rupa murni. semoa artikel ini dapat menambah wawasan secara umum dan khususnya bagi pelajar agar dapat dijadikan sebagai tambahan materi atau pengkayaan keilmuan terkait seni rupa.